Jumat, 16 Maret 2012

Sang Maestro Lagu Kasidah PROF. H. AHMAD BAQI

Kenal Lagu ini  “Selimut Putih “

Bila Izrail datang memanggil
Jasad terbujur di pembaringan
Seluruh tubuh akan menggigil
Terbujur badan dan kedinginan
Tak ada lagi gunanya harta
Kawan karib sanak saudara
Jikalau ada amal di dunia
Itulah hanya pembela diri
Janganlah mahu dikenang-kenang
Engkau digelar manusia agung
Sedarlah diri tahu diuntung
Sebelum masa lkerenda diusung

Datang masanya insaflah diri
Selimut putih pembalut badan
Tinggal semua yang dikasihi
Berbaktilah hidup sepanjang zaman

Lagu ini sempat membuat heboh di Malaysia  tahun 1974  dimana saat itu Radiao TV Malaysia melarang secara Nasional memutar Lagu tersebut .Lagu karangan  Ustaz Haji Mohammad Ghazali Hasan (51 tahun), Ketua Mubaligh Islam Sumatera Utara, ( 1902 ) dan Prof Ahmad Baki anak seorang ulama terkenal di Medan  sekaligus menata musiknya (Aranger) ) ,.Lagu ini dinilai menakutkan dan membuat bulu kuduk merinding  dan membuat orang tidak semangat hidup .Pelarangan ini membuat banyak orang protes karena menganggap hal itu tidak masuk akal ,tapi kerajaan malaysia tetap dengan sikapnya .Ditahun 1990an  lagu di rekam ulang oleh Nasyd Nada Murni ( kemudian berganti menjadi Raihan dan Saujana )  dari Kelompok harakah Al Arqam di Malaysia .
Siap kedua tokoh yang membuat heboh kerajaan Malaysia saat itu?
Dia adalah tokoh agama sekaligus tokoh seni tanah Melayu- Medan ( Sumtera Utara)Lagu  itu sangat terkenal di tahun 1970an terutamanya peminat lagu Kasidah (sekarang Nasyd) yang berisikan lirik-lirik da’wah.  Duet ini adalah Ustaz Haji Mohammad Ghazali Hasan (51 tahun), Ketua Mubaligh Islam Sumatera Utara, ( 1902) dan Ahmad Baki putra Abdul Majid, Mufti Kesultanan Deli dan seorang guru ngaji .Bersama  Grup Al Suraya yang ia dirikan  dengan Vokalis Asmidar Darwis menjadi Grup Kasidah Modern yang banyak penggemarnya saat itu  .
 Maestro Seni tanah Melayu  kurang dikenal di Negaranya sendiri tapi ia tidak peduli malah ia membela tumpah darahnya .Katanya  “lebih baik hujan  batu dinegri sendiri dari pada hujan emas dinegri orang (sangat Nasionalis )
Tapi “lucunya “  Ahmad Baqi lebih dihargai di negeri orang daripada negeri sendiri. Ahmad Baqi mendapat gelar Profesor Honoris Causa di bidang musik dari Pemerintah Malaysia tahun 1978. Gelar itu diberikan Datuk Asri, Menteri Besar Malaysia, setelah lagu “Selimut Putih”, yang bercerita tentang kematian dan membuat merinding seantero pelosok ranah Melayu, pertama kali dikeluarkan tahun 1977. Delapan belas tahun kemudian, tepatnya di tahun 1995, pemerintah Malaysia memberinya gelar Datuk yang diberi oleh Menteri Besar Sabah. Dua tahun sebelum wafat, ia diberi gelar ASDK (Ahli Setia Darjah Kota Kinabalu) oleh kerajaan Sabah Malaysia (1997). Kali itu, Ahmad Baqi yang lahir pada 17 Juli 1922, sudah berumur 75 tahun. Di Brunei, Ahmad Baqi ditawari untuk tinggal di sana. Fasilitas apa pun akan diberikan pemerintah Brunei bila Ahmad Baqi mau menularkan ilmu dan berkreasi di negeri kaya minyak itu. Tawaran itu ditampik Ahmad Baqi dengan halus kepada Awang Haji Tua, seorang pengurus Kerajaan Brunei yang datang kepadanya pada 1982. Ahmad Baqi sendiri datang ke Brunei ketika Sultan Brunei, Hasanal Bolkiah sedang berulang tahun yang ke-37. “Lebih baik hujan batu di negeri daripada hujan emas di negeri orang,” kata Ahmad Baqi waktu itu. Tidak ada satupun yang bisa mengukur kadar nasionalisme yang dimiliki Ahmad Baqi. Maestro musik padang pasir dunia asal Mesir, Ummi Kaltsum pun mengetahui sosok Ahmad Baqi. Pesuling itu juga meminta Ahmad Baqi untuk mengajar musik padang pasir dan pindah ke Malaysia. Ahmad Baqi menolak mandah. Tapi Mesir tetap memperhatikan Ahmad Baqi. Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir, memberinya hadiah berupa Ganun, alat musik petik khas Mesir yang mempunyai 78 senar. Ganun itu diserahkan di kampus Universitas Islam Sumatera Utara. Ganun itu dikuasai Ahmad Baqi hanya dalam waktu setahun. Itu di samping keahliannya memainkan dengan fasih alat musik lain seperti biola, gambus, dan akordion. Seribu Lagu
Ahmad Baqi sendiri dikatakan anaknya mengaku mempunyai patron dan akar musik padang pasir dari Mesir. Akar Mesir rupanya tidak mudah untuk dicerna oleh personil musik Ahmad Baqi sendiri. Zubeiruddin, pemain keyobard Ahmad Baqi, mengaku masih susah untuk membawakan lagu “Al Wathan (Negeri)”. “Musiknya asli diambil dari Mesir,” kata Zubeir.
Lagu-lagu Ahmad Baqi memang kental dengan unsur religi, terutama ruh Islam. Simaklah lirik “Selimut Putih” yang fenomenal itu, Bila Izrail datang memanggil Jasad terbujur di pembaringan Sekujur tubuh akan menggigil Sekujur badan akan kedinginan
Tapi, kontemplasi yang dilakukannya bukan hanya dari segi pemahaman terhadap kandungan Islam. Optimisme disertai pengendalian diri juga digariskan dalam lagu-lagunya. Dengarlah dalam lagu “Cita-cita” yang dipopulerkan Hasmidar (Asmidar, red) Darwis tahun 1970.( di Kutif dari beberapa sumber )

Husin Hendy /Rep

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates